Dari Rekomendasi Rumah
Sakit Jiwa, Hingga Berkelana Keliling Nusantara dengan Karya
Karya : Ahmad Farid Ary Wardhana ( Universitas Airlangga)
Juara II Lomba Kisah Inspirasi Exist Fair 2017
Seolah mendapat kilatan petir dari
langit bagi ibu endang mendengar hasil rekomendasi dari guru Bimbingan dan
Konseling(BK) Sekolah Dasar (SD) yang merekomendasikan anak pertamanya ahmad
untuk diterapi di Rumah Sakit jiwa
terdekat. Tapi itulah yang terjadi, anak pertamanya harus menghadapi tamparan
keras dari sekolahnya dengan surat rekomendasi itu. Bukan ketidakmampuannya
mencerna pelajaran yang diberikan, karena ahmad selalu masuk rangking atas
dikelasnya namun kondisi mentalnya yang masih terlalu rapuh membuat surat
rekomendasi itu turun padanya. Ibu Endang akhinya memilih untuk memindahkan
sekolah agar anak pertamanya masih dapat melanjutkan pendidikan, Alhamdulillah
Allah berkendak lain sang ayah dipindah tugaskan keluar kota sehingga keinginan
ibu Endang untuk memindah sekolahkan sejalan dengan kondisi yang membuat
seluruh keluarga boyongan pindah kota.
Setelah pindah kota masih saja ada masalah
tentang sekolah Ahmad, yang membuat semua orang mungkin hanya sanggup
geleng-geleng kepala. Ahmad tercatat 3 kali mendapat rekomendasi untuk pindah
sekolah, dikarenakan kondisi mentalnya yang dianggap tidak siap dan belum
sanggup untuk menempuh pendidikan. Permasalah mental ini beragam, tingkat
egoisme Ahmad masih tinggi layaknya anak kecil bukan permasalahan tentang
pemahaman materi karena ahmad selalu masuk rangking atas dimanapun kelas dan
sekolahnya semasa sekolah dasar. Namun permasalahan non teknis, seperti cengeng
dan manja berlebihan dan perlu diperlakukan beda ini lah yang susah untuk
diterima oleh sekolah secara umum. Soal kondisi mental ini dikarenakan Ahmad
memang masuk sekolah 3 tahun lebih awal dibandingkan teman-teman sekelasnya.
Sempat muncul rekomendasi untuk tinggal kelas, namun ini ditolak juga oleh bu
Endang dikarenakan menganggap Ahmad mampu unutk mengimbangi pelajaran. Sempat
pula ada rekomendasi untuk memindahkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) karena tes
psikiater menunjukan kecenderungan Ahmad mengidap autisme dan hiperaktif.
Tapi bu Endang memutuskan untk
mengabaikan seluruh rekomendasi untuk memindahkan anaknya ke SLB atau memasukan
anaknya ke Rumah Sakit Jiwa untuk terapi. Beliau dengan sabar merawat anak
pertamanya yang memang memiliki kebutuhan yang tidak biasa dibandingkan anak
lainnya secara umum, bu Endang percaya bahwa anak pertamanya adalah anak yang
istimewa. Dengan penuh kesabaran dan tawakal kepada Yang Maha Kuasa bu Endang
merawat dan menasehati sembari terus membimbing anaknya dengan penuh keyakinan.
Ahmad memang sebuah catatan khusus
sejak dalam kandungan hingga dilahirkan. Sejak didalam kandungan Ahmad sudah
pernah mendapatkan rekomendasi untuk digugurkan karena, karena kondisi
kandungan yang dianggap tidak memenuhi ketentuan dan membahayakan bagi yang
mengandung. Dengan penuh doa dan keyakinan bu Endang memutuskan untuk
meneruskan hingga melahirkan anaknya. Menjelang proses kelahiran sekalipun tak
mudah, karena sejak awal sudah digunakan penguat kandungan tepat menjelang
proses kelahiran tenaga bu Endang sudah habis dan akhirnya Operasi caesarpun
diambil sebagai opsi untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Ahmad sendiri
terlahir setelah melewati masa kandungan 10 bulan lebih, dan dalam posisi air
ketuban sudah pecah hampir seminggu sebelum dilahirkan. Lahir dalam kondisi
kritis dan kemungkinan menderita penyakit infeksius yang besar tak menyurutkan
niat bu Endang untuk tetap merawat buah hatinya ini. Walau dokter sudah
memperingatkan bahwa kecil kemungkinan bayi Ahmad dapat bertahan hidup lama
dikarenakan kondisinya itu. Apapun itu
bu Endang menganggap semua yang diucapkan dokter adalah sebuah analisis
manusia, dan semuanya kembali kepada Kuasa Sang Pencipta yang dapat mengubah
segala sesuatunya. Dengan pasrah dan penuh kasih sayang dengan sang ibu
membesarkan anak pertamanya ini.
Menjelang akhir masa sekolah dasarnya Ahmad mulai menunjukan
tajinya bahwa ia sangup bersaing dengan anak yang normal tanpa catatan.
Tercatat dua kali Ahmad berada di papan atas ajang kompetisi sains tingat
karisidenan jember. Hal yang mulai membuat sang ibu optimis bahwa anaknya ini
masih memiliki masa depan yang cerah dan kompetitif. Ahmad pun akhirnya lulus
sekolah dasar sebagai salah satu siswa dengan nilai yang terbaik, hal yang
tidak mengejutkan karena Ahmad sendiri tidak pernah memiliki masalah dengan
pemahaman materi pelajaran. Namun perkembangan kondisi mentalnya menjadi sebuah
catatan tersendiri bagi sekolah yang nanti akan menerimanya dijenjang
berikutnya.
Akhirnya Ahmad berhasil diterima di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang cukup punya nama dan reputasi di Jember.
SMPN 1 Jember menjadi tempat selanjutnya Ahmad untuk menuntut ilmu. Di sekolah
ini, bukan rekomendasi SLB atau rumah sakit jiwa yang didapat, tapi 1001
masalah yang terjadi membuat Ahmad di ujung tanduk dengan total poin
permasalahan 99 dari angka 100. Kumpulan poin ini akumulasi kasus Ahmad yang
pernah nyaris loncat dan percobaan bunuh diri di sekolah, serta pertikaian
sesama pelajar. Meski di ujung tanduk, sesuai regulasi sekolah ketika poin
belum mencapai angka 100 maka yang dilakukan adalah pembinaan intensif dari
Bimbingan dan Konseling sekolah. Disanalah Ahmad bertemu dengan Bu Sri, sosok
yang memotivasinya dan mengubah jalan hidupnya. Bu sri selalu berkata kepada
Ahmad
Nak, tak apa kamu nakal, tak masalah kamu
berbeda, tunjukan apa yang membuatmu layak mendapat atensi lebih bukan karena
masalah yang kau ciptakan tapi prestasi yang kau torehkan.
Hingga
Ahmad lulus SMP masih belum terlihat sebuah catatan prestasi khusus, namun
mulai terlihat perbaikan kondisi mental dan semakin jarang masalah timbul di
sekolah.
Lulus dari SMP 1 Jember, Ahmad
memutuskan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4
Jember. Sekolah yang kala itu jauh dari favorit dan terkenal sebagai
penampungan bagi mereka yang tidak diterima di SMAN 1 atau SMAN 2 yang
merupakan sekolah favorit di kota Jember. Keputusan ini sempat mengundang
pertanyaan, baik dari dewan guru SMP yang menganggap Ahmad masih dapat bersaing
di kedua sekolah favorit tersebut, serta orang tuanya yang menanyakan mengapa
Ahmad tidak mencoba mendaftar di kedua sekolah favorit tersebut. Ahmad dengan
mantap bertutur :
Bapak, ibu, jadi begini mengapa saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke SMAN 4 Jember. benar memang, sekolah itu bukan sekolah favorit. letak sekolah yang jauh dari tengah kota itu menjadi salah satu alasan karena pergaulannya lebih terjaga, selain itu saya ingin suasana baru.. hampir seluruh teman-teman SD dan SMP ada di kedua sekolah favorit tersebut. kenangan mereka akan kasus semasa SD dan SMP tak mungkin mudah terlupakan bagi mereka.
Mendengar
pernyataan dari Ahmad, ayah dan ibunya balik memberikan sebuah tantangan :
Okelah nak, ini pilihan hidupmu. kalau kamu
sudah yakin silahkan, namun kami ingin kamu sanggup memberikan sesuatu dan
tunjukan pada kami bahwa pilihanmu memilih sekolah disana adalah sebuah pilihan
yang tepat.
Pernyataan
orang tuanya membuat Ahmad semakin bersemangat untuk menunjukan kapasitasnya
dan menunjukan sisa-sisa kejayaan yang sempat muncul di SD kala ia selalu
meraih rangking dulu.
Kemampuan Ahmad semakin terasah di
sekolah yang ia pilih untuk melanjutkan pendidikan itu. Hampir seluruh
kompetisi perlombaan dalam berbagai bidang Ahmad selalu ada di papan atas
tingkat karisidenan besuki. Juara di cabor Bridge, dua kali lolos ke tingkat
jawa bali dalam olimpiade biologi, dan selalu masuk 5 besar dalam seleksi OSN
tingkat kabupaten menjadi sebuah pertimbangan tersendiri. Mengingat sekolah
Ahmad bukan sekolah unggulan atau sekolah favorit, catatan prestasi yang
ditinggalkan Ahmad masih sering menjadi pembicaraan bagi para juniornya. Kondisi
inilah yang membuat Ahmad memiliki sebuah “tiket” lebih untuk melanjutkan
pendidikan nantinya, karena sertifikat tersebut memiliki nilai tawar yang cukup
tinggi daripada sekedar nilai rapot.
Kendala mental sudah tak menjadi
masalah utama di masa SMA ini, tapi kondisi fisik Ahmad menurun drastis akibat
cedera parah yang ia dapat di tahun pertamanya SMA itu. Cedera yang masih
membekas hingga sekarang, karena cedera di daerah pinggul, tulang duduk, dan
tulang ekor yang cukup mengerikan. Alhamdulillah, Tuhan masih mengijinkan Ahmad
untuk melanjutkan kehidupannya. Sempat dalam suatu kejadian ketika Ahmad tidur
tiba-tiba ditarik kursi tempat dia merebahkan badan, tubuhnya pun jatuh cukup
keras sehingga Ahmad kejang-kejang dan harus dirawat dengan bantuan oksigen
selama berjam-jam. Sebuah kejadian yang dilakukan oleh temannya sendiri yang
sekarang telah menjadi polisi, mungkin niatnya hanya sekedar bercanda tapi
kondisi ini menjadi sesuatu yang sulit dilupakan Ahmad karena efeknya masih
terasa hingga sekarang. Sejak dua kejadian ini Ahmad sering pingsan di Sekolah,
dan seakan menjadi penghuni tetap klinik sekolah. Kondisi ini pula yang membuat
Ahmad tidak lagi kompetitif di olahraga fisik, dan akhirnya mengalihkan
fokusnya ke cabor bridge dan akademis.
Rasa tidak percaya sempat ia rasakan
ketika Ahmad hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat Universitas. Hal yang
lumrah ketika guru Bimbingan dan Konseling sekolah berusaha meredam niat Ahmad
yang ingin mendaftar ke salah satu Institusi favorit di Indonesia, mengingat
asal sekolah yang jauh dari favorit. Tapi Tuhan berkehendak lain, dengan segala
daya dan upaya serta sertifikat lomba yang ia miliki akhirnya Ahmad diterima di
salah satu kampus favorit di negeri ini. Ahmad ingin menunjukan kepada seluruh
jajaran staf guru yang meragukannya kala itu, bahwa dengan niat dan usaha maka
semua itu masih mungkin diraih. Keberhasilan Ahmad menembus institusi favorit
di Indonesia melalui jalur prestasi membuat dirinya menjadi sumber inspirasi
bagi adik kelasnya. Tercatatat setelah kelulusan Ahmad, prestasi SMAN 4 Jember
semakin meroket dan menjadi salah satu sekolah yang diperhitungkan ketika ada
ajang kompetisi akademis di karisidenan besuki.
Memasuki bangku kuliah Ahmad semakin
menunjukan tajinya sebagai salah satu civitas terbaik yang dimiliki
institusinya sekarang. Insitutsi yang menerimanya sebagai mahasiswa fakultas
perikanan dan kelautan. Walaupun awalnya selalu diragukan sebagai anak desa
dari sekolah pinggiran, ditambah penampilannya yang jauh dari meyakinkan
sehingga memperoleh cercaan dari sesama civitas maupun staf pengajar
institusinya. Ahmad perlahan tapi pasti menunjukan kapasitasnya sebagai seorang
organisatoris, tercatatat sejumlah jabatan mulai legislasi tingkat Fakultas,
Wakil Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Universitas, Koordinator
perkumpulan Ormada Jember di Surabaya, hingga inisiator Paguyuban Jember
tingkat nasional pernah dipercayakan kepadanya. Walau sedikit terlambat memulai
dibandingkan seluruh rekannya Ahmad juga menjadi salah satu civitas terbaik
dalam penulisan ilmiah mahasiswa tingkat nasional.
Pengalaman petama Ahmad lolos Lomba
Karya Tulis Ilmiah didapat pada semester empat masa kuliahnya. Ketika itu Ahmad
berhasil meloloskan dua karya sekaligus dalam ajang LKTM Unhas Makassar 2014.
Dalam ajang pertama yang ia ikuti Ahmad dan timnya berada di papan bawah skor
penilaian, dan ini nampaknya menjadi sebuah pembelajaran yang berharga bagi
Ahmad kedepannya. Pada Event selanjutkan yang ia ikuti (setelah hampir setahun
vakum) KATULISTIWA 7 FEB Universitas Brawijaya Malang 2015 bersama timnya Ahmad
meraih Juara 1, dan ini menjadi katalis Ahmad untuk terus menunjukan
kapasitasnya dan berprestasi lebih jauh. Masih di tahun yang sama Ahmad
berhasil meraih tambahan gelar Juara 2 Essay World Food Day, Juara 1 2nd
IDENTIC FK Universitas Lambung Mangkurat 2015, dan Juara 3 PERANTARA
Universitas Borneo tarakan 2015 menjadi hadiah yang ia berikan kepada
Institusinya. Masih ditambah sejumlah finalis perlombaan di Surabaya dan Malang
membuat namanya semakin diperhitungkan.
Tahun 2016 Ahmad masih belum
kehilangan motivasinya untuk terus berprestasi dan berkelana keliling Indonesia
dengan bekal karya-karya yang ia tulis. Pulau maluku berhasil ia jejak melalui
ajang Archipelago Essay Competition 2016, di pulau Bali ia menorehkan catatan
emas dimana ia menjuarai Shariah Economic Learning Forum XIII 2016, Pulau
sumatra ia jejak melalui PSP Event dan Agrapana Fair di Universitas Riau dimana
ia menjadi harapan tiga, dan pulau Sulawesi di kota yang sama dimana semuanya dimulai
Kota Makassar ia memborong dua gelar juara satu pada acara PIKIR 2016 Unismuh
dan LKTM Unhas 2016. Dimensi wawasan penulisannya pun semakin luas, tercatat ia
sanggup menulis dengan beragam tema mulai dari kesehatan, ekonomi syariah, K3,
pertanian, bidang umum, hingga bidang yang palin ia kuasai di Kelautan dan
Kemaritiman.
Ahmad berhasil menunjukan satu hal
yang bahwa kita tak perlu kalah terlebih dahulu sebelum berperang. Ahmad juga
menunjukan kemampuannya beradaptasi dan mempelajari berbagai macam bidang tema,
dengan partner yang hampir selalu berganti ditiap perlombaan. Bagaimana ia dan
tim menjuarai IDENTIC (Indonesia Medical Scientific Competition) mengalahkan
tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas brawijaya
yang merupakan salah satu kampus favorit dengan fakultas kedokteran di
Indonesia. Dengan juri dan penguji yang berlatar belakang profesional dan
akademisi dibidang Kesehatan. Lalu ia dengan tim menaklukan Shariah Economic
Learning Forum XIII tanpa satupun anak ekonomi syariah. Ajang umum seperti
KATULISTIWA 7 dan PERANTARA pun Ahmad
mampu beradaptasi dan menjuarainya. Belum lagi catatan finalis di bidang K3,
Pertanian, Energi, dan bidang-bidang lainnya yang jauh dari bidang yang ia
pelajari semasa kuliah.
Belum cukup dengan catatan Nasional,
sejumlah gebrakan yang ia lakukan untuk meningkatkan daya saing fakultasnya pun
hingga tingkat Internasional. Tercatat pada semester dua ia menjadi delegasi
Internasional dengan angkatan paling muda sepanjang sejarah Fakultas, karena
biasanya delegasi Internasional adalah mahasiswa diatas tahun ketiga. Lalu
bagaimana ia dan timnya menginisiasi Progam Praktek Kerja Lapang di luar
negeri, ia dan tim menjadi pertama yang melakukannya di Vietnam. Hampir tiap
tahun sejak kelolosan pertamanya Ahmad selalu menjadi delegasi Internasional.
Sebuah catatan yang membuat namanya menjadi bahan perbincangan di tingkat
civitas akademika Insitusi, dan menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi
fakultasnya.
Dibalik sejumlah catatan itu, Ahmad
tetaplah seorang anak yang patuh terhadap Ibunya. Dia tetaplah anak yang selalu
merindukan rumah dan berusaha berbakti sebaik mungkin bagi orang tuanya.
Terlepas dari sejumlah pembuktian yang ia lakukan, Ahmad sadar.. bukan itu
semua yang akan dipertanggung jawabkan tapi bagaimana ia berguna bagi
lingkungannnya dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Ahmad kini masih berjuang untuk
menyelesaikan Tugas Akhirnya untuk segera menyelesaikan masa baktinya kepada
institusi tempatnya bernaung. Catatan emas yang telah ia torehkan akan masih
terus menjadi pembicaraan dan inspirasi bagi adik tingkatnya serta civitas
lainnya. Ahmad membuktikan kepada seluruh rekan dan pengajarnya, bahwa setiap
orang itu mungkin punya caranya sendiri untuk bersinar. Dan bagaimana ibu Endang
merawat Ahmad, dari orang yang mendapatkan rekomendasi untuk diterapi di Rumah
Sakit Jiwa hingga menjadi salah satu mahasiswa terbaik yang mampu bersaing
ditingkat Nasional maupun Internasional. Selama kita masih Hidup, segala hal
itu masih mungkin terjadi karena Kuasa Tuhan itu nyata. Karena hasil yang
didapat diawali dengan sebuah proses panjang yang melelahkan dan menggoda
kesabaran. Tidak semua orang terlahir sempuran atau sanggup seperti yang di
Inginkan, tapi setiap orang adalah sosok Istimewa yang punya cara tersendiri
untuk menunjukan bahwa ia Istimewa.
Tetaplah
sabar dan istiqomah, seperti bagaimana Ibu Endang percaya dan penuh kasih
sayang merawat Ahmad. Tetap berusaha seperti yang dilakukan Ahmad untuk
membungkam mereka yang menyibirnya. Tuhan tak pernah tidur, dan Tuhan akan
memberikan sesuatu sesuai kelayakan yang dilakukan hambanya. Percayalah dalam
kehidupan ini semua akan berbalik, dan tidak ada sia-sia dari sebuah usaha
menuju kebaikan.
Biodata
Narasi :
Nama saya Ahmad Farid Ary Wardhana,
seorang Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya yang tengah berupaya untuk dapat wisuda tahun ini. Puisi ini ditulis
berdasarkan pengalaman pribadi dan kondisi nyata. Seorang yang diremehkan yang
kini mulai membalik stigma negatif yang melekat pada dirinya. Kisah cerita
diatas merupakan kisah hidup saya sendiri dan bagaimana kasih sayang dan
kesabaran seorang ibu yang dapat membuat apa yang tak mungkin menjadi sesuatu
hal yang mungkin terjadi.
Download versi pdf disini
0 comments:
Post a Comment