Halaman

Slide # 1
Slide # 2
Slide # 3

Wednesday, April 26, 2017

JUARA I LOMBA KISAH INSPIRASI NASIONAL EXIST FAIR 2017



KEYAKINAN DAPAT MENGALAHKAN  SEGALANYA
(Kisah Nyata Berbuah  Semangat dan Inspirasi)

Karya : Anas Anwar Nasirin (Universotas Padjajaran)
Juara I Lomba Kisah Inspirasi Exist Fair 2017

            Kupandangi bintang dilangit timur, memberikan senyuman dengan kedipan-kedipan semangat. Sejenak aku terdiam mengikuti bayang-bayang yang membawaku ke alam bawah sadar, mengingat kembali memori-memori hidup yang penuh dengan perjuangan, harapan, cita-cita dan impian besar yang selalau aku katakan kepada bintang di timur sana, kabulkalah semua doaku ya Allah.
            Namaku Anas Anwar Nasirin, nama yang memiliki arti mulia “Manusia Cahaya Penolong”. Aku anak pertama dari tiga bersaudara, adiku yang pertama bernama Wawat Karwiti lahir  tahun 2001 dan adiku yang ke dua bernama Riyad lahir tahun 2005. Ayahku bekerja sebagai pedagang peci dan ibu bekerja sebagai buruh tani.  Aku sangat sayang kepada ayah dan ibu. Ayah orangnya pinter, disiplin dan dia selalu berpesan  agar aku sholat tepat waktu. Begitupun ibu, orang tersuper di dunia, selalu tegar, semangat, tegas dan sangat menyayangi aku.
            Dunia tidak terbatas tapi tidak abadi juga, saat bersyukurlah kebahagiaan besar yang aku dapatkan. Tahun 2005 adalah tahun yang sangat bersejarah, saat itu aku kelas II SD, Wawat berusia 4 tahun dan Riad masih dalam kandungan. Musibah besar menimpa keluargaku, kios tempat ayah berjualan kebakaran. Setelah peristiwa tersebut aku sering melihat ayah melamun bahkan ibu dan ayah sering bertengkar. Seringkali aku menangis saat terbayang pertengkaran ayah dan ibu, tanpa terasa saat menjelang tidur air mataku jatuh membasahi bantal. Beberapa hari setelah pertengkaran terjadi, ayah pamit akan pulang ke kampung halamannya untuk menenangkan pikiran dan mencari biaya lahiran adiku yang ketiga. Selama ayah pulang aku sangat kesushan, ibu tidak bisa kerja, Wawat sering rewel, hutang ke tetangga sangat banyak, seringkali aku makan di rumah tetangga karena di rumah ibu sering sakit-sakitan dan tidak punya beras.
Mendungnya awan disambut gelapnya malam, ditengah kondisi ibu hamil tua aku mendapatkan kabar ayah menderita gangguan jiwa. Mataku tak kuasa menahan tangis saat memandang ibu memeluk Wawat dan air mata membsahi pipinya. Sejak saat itulah hanya ibu seorang diri yang mengasuh, membiayai, dan merawat aku, Wawat dan Riad. Setelah ayah sakit aku jarang bertemu ayah karena ayah tinggal di Cibalong (Kampung halamannya) dan aku tidak memiliki biaya untuk menjenguknya. Sejak kelas III SD agar aku bisa  jajan dan sedikit bantu ibu, setiap pergi ke sekolah sambil jualan gorengan dan Es, walaupun upahnya tidak besar aku sangat bersyukur setidaknya bisa jajan seperti teman-temanku yang lainnya.
Empat tahun sudah ayah sakit dan kini Riyad sudah berusia 3,5 tahun begitupun aku sudah kelas VI SD dan sebentar lagi siap menjadi bagian dari OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Hidup adalah perjuangan yang harus dimenangkan dan hidup adalah tantangan yang harus dihadapi. Keinginannku untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) terhalangi karena ibu tidak sanggup dan tidak mumpunyai biaya untuk biaya kedepannya. Disisi lain guruku terus memberikan semangat agar aku melanjutkan sekolah bahkan aku akan dibelikan baju, tas, sepatu dan peralatan sekolah yang lainnya. Aku sangat semangat dan keinginanku sangat besar untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP, aku yakinkan diriku “tidak apa-apa ya Allah aku sekolah sampai SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang penting  sekarang aku bisa sekolah SMP, aku berjanji ya Allah kalau aku bisa sekolah SMP aku akan belajar dengan maksimal dan aku akan berusaha agar bisa masuk rangking 3 besar”. Yang kedua kalinya aku yakinkan kepada ibu, aku benar-benar ingin sekolah SMP “Emak, aku tau hidup kita susah, tapi saya ingin sekolah SMP”  Emak sempat marah dan menyuruhku untuk kerja ke Bandung dan Jakarta seperti teman-temanku yang lainnya. Saat itu aku bingung “bagaimana caranya agar aku bisa sekolah SMP?” hati positifku terus meyakinkan “aku pasti bisa sekolah SMP”.
Aku mau aku mampu, ungkapan ini membuktikannya, aku medapatkan kabar bahwa pak Homidin (tetanggaku) punya sodara yang bekerja di Panti Asuhan. Dengan semangat aku bilang dan memohon restu agar ibu mau mendaftarkan dan mengizinkanku tinggal di Panti Asuhan. Akhirnya ibu mendaftarkanku kepada Pak Homidin agar bisa tinggal di Panti Asuhan Al-Rasyid Subang. Hari  Jumat 10 Juli tahun 2009 aku berangkat ke Panti Asuhan Al-Rasyid diantar Pak Homidin, saat itu ibu tidak memiliki uang sepeserpun, kecuali uangku RP. 100.000 sisa pemberian dari BSM (Bantuan Siswa Miskin). Aku gunakan uang tersebut untuk ongkos perjalanan ke Subang RP.75.000 dan Rp.25.000 lagi untuk bekal selama di Panti Asuhan. Menjelang keberangkatan aku cium tangan dan kaki ibu, saat itu juga aku menangis, aku memohon ridho dan doa terbaik darinya. Saat aku sudah duduk di kursi bus aku fokuskan pandanganku keluar jendela memandang wajah ibu dengan lambaian tangan dan harapan doa terbaik agar kelak dikemudian hari, saat aku kembali ke kampung halaman membawa kesuksesan dan kemanfaatan besar.
Segala sesuatu tergantung kepada niat, kehidupanku di Panti Asuhan Al-Rasyid jauh lebih baik dibandingkan saat aku tinggal di rumah, aku belajar dengan maksimal dan membuktikan janjiku” Jika aku bisa sekolah SMP”. Kelas VII semester 1 dan 2 aku mendapatkan rangking 3 dan 2 dari 30 siswa. Aku sangat bahagia karena sebelumnya selama SD biasanya aku rangking, 19, 18 dan 13 dari 24 siswa. Aku memiliki teman-teman baru dari berbagai daerah di Indonesia (NTT, Lampung, Cianjur, Banten, Bogor, dan Bandung). Meski sering kangen kepada ibu dan adik karena dalam satu tahun aku hanya pulang satu kali saat hari raya Idul Fitri.
 Mentari tenggelam disambut gelapnya malam, kelas VIII semester dua, aku mendapatkan kabar, ayah meninggal dunia. Saat itu aku hanya bisa  menangis dan berusaha menguatkan hati karena aku sedang ujian (tidak bisa izin pulang). Tiba-tiba  Aku teringat Riad, dia sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang ayah dan mungkin wajahnyapun tak ingat, dan sekarang harapan untuk berjumpapun tidak mungkin kecuali di alam mimpi dan di akhirat kelak. Disisi lain aku sangat besyukur karena aku masih bisa merasakan kasih sayang ayah dibandingkan dengan Wawat dan Riad. Semangatku semakin membara dan tekadku semakin kuat, aku berjanji, selesai SMP aku harus melanjutkan ke SMA (Sekolah Menengah Atas), aku harus sukses, aku harus menjadi contoh untuk kedua adiku dan bermanfaat untuk keluarga dan orang banyak.
Tiga tahun sudah aku tinggal di Panti Asuhan Al-Rasyid dan sekarang aku sudah dinyatakan lulus UN (Ujian Nasional) dengan nilai yang membanggakan. Bu Ina (pengurus Panti Asuhan) memanggilku,“Nas, Ini ada telepon dari ibu kamu”.  Aku mengangkat telepon tersebut dan berbincang banyak dengan ibu sambil mengatakan kebahagianku sudah lulus UN dengan nilai yang membanggakan. Hampir satu jam aku berbincang dengan ibu, ternyata ibu menyuruhku  keluar dari Panti Asuhan Al-rasyid agar aku bekerja di konveksi milik bibi. Aku sangat sedih mendengar kabar ini, tapi bagaimana lagi? Ini perintah ibu dan memang sudah saatnya aku membantu ibu untuk membiayai ke dua adiku.
Tanggal 5 Mei 2012 aku resmi keluar dari Panti Asuhan Al-Rasyid. Dengan muka bahagiaaku membeli buah-buahan dan keripik pisang oleh-oleh untuk ibu, Wawat dan Riad dan aku ingin cepat-cepat berjumpa dengan mereka. Sudah 3 minggu aku tinggal di rumah tapi perasaanku tidak enak dan batinku semakin menuntutku agar melanjutkan sekolah ke SMA, aku tidak mau bekerja yang ada dalam pikiranku,”Aku harus sekolah sampai SMA”. Aku coba katakan perasaanku kepada ibu, ternyata ibu tak mengizinkanku karena tidak mumpunyai biaya. Aku coba menghubungi pengurus di Panti Asuhan Al-Rasyid “semoga saja aku bisa diterima lagi di sana” ternyata jawabannya “Anas, kamu tidak bisa  diterima sebagai anak asuh di Panti Asuhan Al-rasyid, karena keluarga kamu sebelumnya yang meminta keluar”. Mendengar jawaban ini aku sangat terpukul, hanya keyakinanku kepada Allah dalam doa sepertiga malam dan duhaku agar Allah memberikanku rizki, aku bisa sekolah SMA. Yang kedua kalinya aku yakinkan dan katakan kepada ibu, “aku ingin sekolah SMA” Ibu tidak merespon banyak. Dengan nada marah dan air mata membasahi pipi aku memaksa dan mengancam ibu “ibu saya ingin sekolah SMA, kalau ibu tetap memaksaku untuk kerja dan dan tidak mengizinkanku sekolah SMA, aku akan kabur dari rumah dan ibu mohon jangan cari dan anggap aku anak” aku ungkapkan kata-kata itu secara tidak sadar karena sangat besarnya keinginanku untuk sekolah SMA. Ibu memeluku sambil menagis. Keesokan harinya aku dan ibu mencari informasi seputar Panti Asuhan di Tasikmalaya. Aku mendapatkan informasi, di Tasikmalaya ada Panti Asuhan Taman Harapan dan reputasinya lumayan baik. Tanggal 17 Mei 2012 aku mendaftar  ke Panti Asuhan Taman Harapan,  hasil yang aku dapatkan sangat menyedihkan aku tidak diterima karena di Panti Asuhan tersebut hanya menerima Anak SD dan SMP. Setiap kali melihat anak tetangga yang sekolah SMA aku sangat iri dan ingin sekali aku seperti dia bisa sekolah SMA.  Aku buatkan puisi dan aku tuliskan di buku harian “Aku ingin sekolah SMA”.
Apa yang aku pikirkan berbanding lurus dengan sesuatu yang Allah berikan.  Alhamdulillah aku mendapatkan informasi,  di Kecamatan Cisarua, Kab. Bandung Barat terdapat Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa. Aku mencoba daftar dengan  menghubungi no HP pengurus Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa  Darul Inayah. Alhamdulillah dengan izin Allah aku diterima dan disuruh secepatnya  berangkat ke Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Hari Jum’at 30 Juni 2012 aku berangkat ke Pondok Pesantren yatim piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Aku niatkan untuk sekolah sebaik-baiknya dan menaati peraturan Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. banyak perubahan yang terjadi kepadaku selama tinggal di Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah dengan peraturan yang sangat jauh berbeda ketika aku tinggal di Panti Asuhan Al-Rasyid. Harus bangun jam 3:25 WIB, piket masak nasi, sholat tahajud, sholat duha, hapalan Qur’an, berkebun, sekolah, hapalan amaliah ibadah, ngaji kitab kuning dan aku baru bisa tidur  jam 22:10 WIB.
Bahagia, semangat,sedih, dan  kecewa merupakan makananku selama di Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Saat pembagian rapot merupakan momen yang sangat di tunggu-tunggu, Alhamdulillah kelas X semester I dan semester II aku mendapatkan rangking II dan rangking I, aku sangat bersyukur karena kualitas diriku meningkat dari sebelumnya, meski kesedihan sering menghampiri saat melihat teman-temanku ketika pengambilan rapot mereka selalu ditemani orang tuanya.
Seringkali aku meminta kepada Allah agar suatu saat nanti ketika aku meraih kesuksesan yang aku inginkan ibuku ada dihadapanku. Untuk menutupi kebutuhan dan uang jajan aku biasa jualan  gorengan milik tetangga, dijajakan kepada seluruh santri dengan mendapatkan upah sekali jualan 4000-7000. Ketika pulang libur tengah semester karena tidak memiliki uang aku biasa numpang mobil truk pengantar arang batok kelapa (milik tetangga) dari Bandung sampai ke Tasikmalaya begitupun sebaliknya ketika aku kembali ke Pondok. Walaupun sangat banyak ujian dan kekurangan finansial selama tinggal di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah aku sangat bahagia dan bersemangat, karena aku mumpunyai cita-cita besar. Ketika aku masih kelas X ada beberapa orang kaka kelas yang lulus SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di berbagai PTN di Indonesia. Saat  kelas X semester II aku sangat termotivasi, aku yakinkan dan katakan kepada Allah di setiap sepertiga malamku agar Allah meluluskanku dalam SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)  tahun 2015 di Universitas Gadjah Mada Jurusan Ilmu sejarah dengan mendapatkan beasiswa Bidikmisi.
Aku katakan dan aku yakinkan kaepada orang-orang “ Tahun 2015 aku Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Jurusan Ilmu Sejarah dengan mendapatkan Beasiswa Bidikmisi” dan aku mohonkan disetiap sujudku agar Allah Swt mengabulkannya. Aku belajar semaksimal yang aku bisa, aku bikinkan puisi dengan judul “UGM Kampusku”, aku bikinkan kata-kata semangat seputar UGM dan aku tempel di dinding Kobong (Asrama santri). Hidup adalah tantangan yang harus dihadapi, dibalik semangat dan cita-cita kuatku tidak sedikit teman-teman yang mencaci dan memberikan keyakinan negatrif, bahwa cita-citaku kuliah di UGM merupakan ekspektasi  tidak mungkin. Aku tidak menyerah, aku terus menyemangati diri serta semakin aku tunjukan keinginanku untuk kuliah di UGM dengan mengikuti berbagai perlombaan agar aku mumpunyai banyak pretasi. Tahun 2015 aku mengkuti lomba baca puisi alhamdulillah aku mendapatkan juara II sebagai pembaca puisi terbaik se-kabupaten Bandung Barat tiungkat remaja dan Juara III sebagai pembaca puisi terbaik dalam acara Al-kautsar Festival Islami tahun 2015.
Waktu membawaku tanpa sadar aku sudah kelas XII MA (Madrasah Aliah). Dengan semangat aku mendaftar SNMPTN. Pilihan pertma karena usulan dari guru BP, aku menganmbil Jurusan Ilmu Hukum UGM, Pilihan ke-2 Jurusan  Ilmu Sejarah UGM dan Pilihan ke-3 Jurusan  Pendidikan Sejarah UPI. Selesai melakukan pendaftaran aku merasa lega dan tawakal kepada Allah semoga Allah meluluskanku. Satu bulan sudah dari waktu melakukan pendaftaran dan saatnya hasil SNMPTN akan diumumkan, hasil yang aku dapatkan ternyata belum saatnya aku menjadi mahasiswa UGM. Aku sempat sedih dan patah semangat tapi aku yakinkan bahwa aku masih punya jalan lewat SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan aku ingat janji Allah “Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, sungguh setelah kesulitan ada kemudahan”.
Dengan harapan baik dan ucapan penuh doa aku mendaftar SBMPTN dengan kembali kepada niat awal untuk mengambil jurusan Ilmu Sejarah. Pilihan ke-1 Jurusan Ilmu Sejarah UGM, Pilihan Ke-2 Jurusan Ilmu Sejarah UNS dan Pilihan Ke-3 Jurusan Ilmu Sejarah UNPAD. Saat hari-hari melakukan tes aku awali dengan shalat duha dan tak lupa sambil mengerjakan tugas aku mohonkan kemudahan dari Allah “Allahuma Yassir Walatu’assir” Ya Allah Permudahkanlah Urusanku Jangan Engkau Persulit. Selesai melakukan tes, selama satu bulan penantian aku pusatkan pikiran untuk tawakal kepada Allah SWT. Sesuai dengan janjinya “Apabila kamu sudah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah”.
Satu bulan akan segera berlalu dan aku sangat ingin ketika pengumuman SBMPTN aku disaksikan oleh ibu, karena selama enam tahun aku menuntut ilmu ibu belum tahu tempatku dan momen pengumuman SBMPTN merupakan momen berharga dan antara bukti sukses atau gagal selama enam tahun perjuanganku menuntut ilmu dan jauh dari ibu. Alhamdulillah ibu memenuhi keinginanku dia akan datang ke pondok menyaksikanku menerima hasil tes SBMPTN. Agar  bisa pergi ke Bandung ibu meminjam uang Rp.300.000 dari tetanngga. Tanggal 9 Juli 2015 ibu sudah ada di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah.  Dan selesai shalat isya secara berjamaah (bersama-sama) disakasikan seluruh santri pengumuman SBMPTN akan dibuka. Saat itu jumlah santri Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah yang mendaftar SBMPTN sebanyak 22 orang dan semuanya dibuka secara berjamaan dengan selembar kertas yang sebelumnya sudah di printkan oleh pengurus pondok secara rahasia. Karena meliputi pendaftaran dan lembar pormulir SBMPTN begitu beres tes aku dan rekan-rekan tidak diperbolehkan untuk memegangnya, karena semuanya sudah diurusi oleh pengurus pondok.
Suasana aula dipenuhi dengan aroma wajah penuh harapan, sederet santri putra dan santri putri menyaksikan aku dan teman-teman yang berada ditengah-tengah mereka. Sebelum lembar kertas dibagikan satu-persatu terlebih dahulu pimpinan pondok memberikan wejangan dan berdoa agar kami diberikan keiklasan dan percaya kepada takdir Allah. Lembaran demi lembaran kertas sudah hampir habis dibagikan kepada 22 orang santri peserta SBMPTN, dengan komando keras diawali dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim agar kertas yang sudah di pegang dibuka dan yang dinyataakan lolos dipersilahkan untuk sujud sukur. Aku berdoa berdasarkan doa yang biasa aku panjatkan, aku pandangi wajah ibu, aku ikhlaskan diri, aku lihat teman-teman dan belum ada satu oarangpun  yang sujud syukur. Aku ucapkan Bismillahirahmanirrahim, aku beranikan diri untuk membuka kertas dan aku baca dengan teliti tulisan yang ada dikertas dan Alhamdulillah “SELAM ANDA LULUS DI JURUSAN ILMU SEJARAH UNIVERSITAS PADJADJARAN” aku menangis mengeluarkan air mata bahagia, aku peluk ibu, aku bersujud dipangkuannya dan aku sangat bersyukur dan ini merupakan kasih sayangi Allah Swt buah dari perjuangan dan kesabaran.
Mencoba belum tentu menjamin keberhasilan kalau tidak mencoba sudah pasti menjamin kegagalan. Perinsip keyakinan dapat mengalahkan segalanya adalah senjata sukses yang mampu dan yakin akan kekuatan Allah, kemampuan diri sendiri dan kebermanfatan untuk orang banyak. Aku hanya bisa memilih dan Allah Swt yang menetapkan. Keinginanku kuliah di UGM buah dari kerja keras, berdoa, dan berkeyakinan positif Allah menetapkanku di universitas yang terbaik untuknya dan pastinya untuku. Alhamdulillah kemudahan demi kemudahan aku temukan di Universitas Padjadjaran. Mendapatkan Beasiswa Bidikmisi, Juara II Debat antar angkatan Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran, Juara II Lomba Baca Puisi Minangkata FIB UNPAD ke-58, 6 Besar Terbaik Duta Wisata dan Budaya/Mojang Jajaka Kab.Tasikmalaya 2016, lolos 32 esai terbaik dari 114 Peserta Esai Nasional “Perlindungan Bangsa Terhadap Kekerasan Seksual Pada Perempuan” di Universitas Negeri Padang, dan Mewakili Universitas Padjadjaran dalam Lomba Debat Nasional “Eksistensi Perempuan di Era Globalisasi” di Universitas Negeri Padang.
Hidup adalah perjuangan yang harus dimenangkan, selalu ada tantangan yang harus dihadapi. Saat kesusahan menerpaku, saat itulah Allah  mewariskan semangat, pantang menyerah, kerja keras, dan berani menjadi yang berbeda. Mengalahkan rasa takut kunci utama. Bukan kekurangan finansial yang menjerumuskan pada kegagalan, justru alasan-alasan yang harus di hindarkan. Salam sukses dan semangat dariku (Anas Anwar Nasirin) berbekal pesan Anthonio Robbins, “Jangan Pernah takut membentuk citya-cita. Kita Bisa! Kita sangat Powerfull! Tidak ada yang tidak mungkin jika kita memiliki tekad dan keberanian. Buatlah mimpi yang besar dan bergeraklah dari sekarang!!!”.

                                    BIODATA NARASI
Nama saya Anas Anwar Nasirin saat ini saya merupakan mahasiswa semester 4 Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Saya lahir di Tasikmalaya pada  25 April 1997, Hobi saya membaca dan menulis. Merupakan suatu kebanggaan dan anugrah besar bagi saya, biasa menjadi dan bersetatus Mahasiswa. Tentunya merupakan sesuatu yang tidak mungkin bagi seorang anak kampung yang selama pendidikannya di habiskan di panti asuhan untuk menjadi dan bersetatus mahasiswa. Tapi kuasa Allah diatas segalanya, berbekal semangat, tekad yang kuat dan berkeyakinan akan cinta kasih Allah dan harapan baik dari Allah, Alhamdulillah cita-cita menjadi sebagai seorang mahasiswa kini sudah menjadi nyata.
Masa kecil, saya habiskan di kampung Cimuncar, Desa Cibeber, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya. Sejak tahun 2005 saya dan kedua adik sudah ditinggalkan oleh ayah karena menderita gangguan jiwa. Tahun 2009 karena saya tidak mumpunyai biaya untuk melanjutkan studi ke tingkat SLTP saya hijrah ke Panti Asuhan Al-Rasyid dan sekolah Di MTs Al-Hajar Subanng. Dan paada tahun 2010 ayah saya dikabarkan meinggal dunia, Tahun 2012 karena faktor keluarga dan ekonomi saya memutuskan keluar dari Panti Asuhan Al-Rasyid.
Berbekal semangat setelah melalui berbagai rintangan keinginan saya untuk melanjutkan studi ke tingkat SLTA semakin kuat. Tanggal 30 Juni 2012 saya resmi menjadi santri Pondok Pesantren yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah Cisarua Lembang. Dari sinilah saya mengukir mimpi, menauhkan harapan dan impian besar hingga sampai saat ini bersetatus sebagai seorang mahasiswa.
Tuhan yang maha baik tak akan mengecewakan hamban-nya, jika dia mengizinkan kita untuk memikirkan hal-hal besar, maka diapun akan mengizinkan kita untuk melakukan dan mendapatkannya. Adapun motto hidup saya Keyakinan Dapat Mengalahkan Segalanya. Yakin akan kasih sayang dan kebesaran Tuhan, yakin akan kemampuan dan potensi diri dan yakin akan kemanfaatan besar terhadap sesama manusia.
Saat ini selian berkuliah saya juga aktif di Korp Protokoler Mahasiswa (KPM) UNPAD, Mojang Jajaka Kab. Tasikmalaya, Stap HRD dan announcer Radio Unpad dan sebagai anggota Gelanggang Seni Sastra Teater Tari dan Film (GSSTF) UNPAD.  Adapun prestasi yang sudah diraih Juara II Debat antar angkatan Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran, Juara II Lomba Baca Puisi Minangkata FIB UNPAD ke-58, 6 Besar Terbaik Duta Wisata dan Budaya/Mojang Jajaka Kab.Tasikmalaya 2016, lolos 32 esai terbaik dari 114 Peserta Esai Nasional “Perlindungan Bangsa Terhadap Kekerasan seksual Pada Perempuan” di Universitas Negeri Padang, dan Mewakili Universitas Padjadjaran dalam Lomba Debat Nasional “Eksistensi Perempuan di Era Globalisasi” di Universitas Negeri Padang.
                                            TERIMAKASIH
         KEYAKINAN DAPAT MENGALAHKAN SEGALANYA

Download file pdf Disini

JUARA II LOMBA KISAH INSPIRASI NASIONAL EXIST FAIR 2017



Dari Rekomendasi Rumah Sakit Jiwa, Hingga Berkelana Keliling Nusantara dengan Karya
Karya : Ahmad Farid Ary Wardhana ( Universitas Airlangga)
Juara II Lomba Kisah Inspirasi Exist Fair 2017

            Seolah mendapat kilatan petir dari langit bagi ibu endang mendengar hasil rekomendasi dari guru Bimbingan dan Konseling(BK) Sekolah Dasar (SD) yang merekomendasikan anak pertamanya ahmad untuk diterapi  di Rumah Sakit jiwa terdekat. Tapi itulah yang terjadi, anak pertamanya harus menghadapi tamparan keras dari sekolahnya dengan surat rekomendasi itu. Bukan ketidakmampuannya mencerna pelajaran yang diberikan, karena ahmad selalu masuk rangking atas dikelasnya namun kondisi mentalnya yang masih terlalu rapuh membuat surat rekomendasi itu turun padanya. Ibu Endang akhinya memilih untuk memindahkan sekolah agar anak pertamanya masih dapat melanjutkan pendidikan, Alhamdulillah Allah berkendak lain sang ayah dipindah tugaskan keluar kota sehingga keinginan ibu Endang untuk memindah sekolahkan sejalan dengan kondisi yang membuat seluruh keluarga boyongan pindah kota.
            Setelah pindah kota masih saja ada masalah tentang sekolah Ahmad, yang membuat semua orang mungkin hanya sanggup geleng-geleng kepala. Ahmad tercatat 3 kali mendapat rekomendasi untuk pindah sekolah, dikarenakan kondisi mentalnya yang dianggap tidak siap dan belum sanggup untuk menempuh pendidikan. Permasalah mental ini beragam, tingkat egoisme Ahmad masih tinggi layaknya anak kecil bukan permasalahan tentang pemahaman materi karena ahmad selalu masuk rangking atas dimanapun kelas dan sekolahnya semasa sekolah dasar. Namun permasalahan non teknis, seperti cengeng dan manja berlebihan dan perlu diperlakukan beda ini lah yang susah untuk diterima oleh sekolah secara umum. Soal kondisi mental ini dikarenakan Ahmad memang masuk sekolah 3 tahun lebih awal dibandingkan teman-teman sekelasnya. Sempat muncul rekomendasi untuk tinggal kelas, namun ini ditolak juga oleh bu Endang dikarenakan menganggap Ahmad mampu unutk mengimbangi pelajaran. Sempat pula ada rekomendasi untuk memindahkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) karena tes psikiater menunjukan kecenderungan Ahmad mengidap autisme dan hiperaktif.
            Tapi bu Endang memutuskan untk mengabaikan seluruh rekomendasi untuk memindahkan anaknya ke SLB atau memasukan anaknya ke Rumah Sakit Jiwa untuk terapi. Beliau dengan sabar merawat anak pertamanya yang memang memiliki kebutuhan yang tidak biasa dibandingkan anak lainnya secara umum, bu Endang percaya bahwa anak pertamanya adalah anak yang istimewa. Dengan penuh kesabaran dan tawakal kepada Yang Maha Kuasa bu Endang merawat dan menasehati sembari terus membimbing anaknya dengan penuh keyakinan.
            Ahmad memang sebuah catatan khusus sejak dalam kandungan hingga dilahirkan. Sejak didalam kandungan Ahmad sudah pernah mendapatkan rekomendasi untuk digugurkan karena, karena kondisi kandungan yang dianggap tidak memenuhi ketentuan dan membahayakan bagi yang mengandung. Dengan penuh doa dan keyakinan bu Endang memutuskan untuk meneruskan hingga melahirkan anaknya. Menjelang proses kelahiran sekalipun tak mudah, karena sejak awal sudah digunakan penguat kandungan tepat menjelang proses kelahiran tenaga bu Endang sudah habis dan akhirnya Operasi caesarpun diambil sebagai opsi untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Ahmad sendiri terlahir setelah melewati masa kandungan 10 bulan lebih, dan dalam posisi air ketuban sudah pecah hampir seminggu sebelum dilahirkan. Lahir dalam kondisi kritis dan kemungkinan menderita penyakit infeksius yang besar tak menyurutkan niat bu Endang untuk tetap merawat buah hatinya ini. Walau dokter sudah memperingatkan bahwa kecil kemungkinan bayi Ahmad dapat bertahan hidup lama dikarenakan kondisinya itu.  Apapun itu bu Endang menganggap semua yang diucapkan dokter adalah sebuah analisis manusia, dan semuanya kembali kepada Kuasa Sang Pencipta yang dapat mengubah segala sesuatunya. Dengan pasrah dan penuh kasih sayang dengan sang ibu membesarkan anak pertamanya ini.
            Menjelang akhir masa  sekolah dasarnya Ahmad mulai menunjukan tajinya bahwa ia sangup bersaing dengan anak yang normal tanpa catatan. Tercatat dua kali Ahmad berada di papan atas ajang kompetisi sains tingat karisidenan jember. Hal yang mulai membuat sang ibu optimis bahwa anaknya ini masih memiliki masa depan yang cerah dan kompetitif. Ahmad pun akhirnya lulus sekolah dasar sebagai salah satu siswa dengan nilai yang terbaik, hal yang tidak mengejutkan karena Ahmad sendiri tidak pernah memiliki masalah dengan pemahaman materi pelajaran. Namun perkembangan kondisi mentalnya menjadi sebuah catatan tersendiri bagi sekolah yang nanti akan menerimanya dijenjang berikutnya.
            Akhirnya Ahmad berhasil diterima di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang cukup punya nama dan reputasi di Jember. SMPN 1 Jember menjadi tempat selanjutnya Ahmad untuk menuntut ilmu. Di sekolah ini, bukan rekomendasi SLB atau rumah sakit jiwa yang didapat, tapi 1001 masalah yang terjadi membuat Ahmad di ujung tanduk dengan total poin permasalahan 99 dari angka 100. Kumpulan poin ini akumulasi kasus Ahmad yang pernah nyaris loncat dan percobaan bunuh diri di sekolah, serta pertikaian sesama pelajar. Meski di ujung tanduk, sesuai regulasi sekolah ketika poin belum mencapai angka 100 maka yang dilakukan adalah pembinaan intensif dari Bimbingan dan Konseling sekolah. Disanalah Ahmad bertemu dengan Bu Sri, sosok yang memotivasinya dan mengubah jalan hidupnya. Bu sri selalu berkata kepada Ahmad
 Nak, tak apa kamu nakal, tak masalah kamu berbeda, tunjukan apa yang membuatmu layak mendapat atensi lebih bukan karena masalah yang kau ciptakan tapi prestasi yang kau torehkan.
Hingga Ahmad lulus SMP masih belum terlihat sebuah catatan prestasi khusus, namun mulai terlihat perbaikan kondisi mental dan semakin jarang masalah timbul di sekolah.
            Lulus dari SMP 1 Jember, Ahmad memutuskan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Jember. Sekolah yang kala itu jauh dari favorit dan terkenal sebagai penampungan bagi mereka yang tidak diterima di SMAN 1 atau SMAN 2 yang merupakan sekolah favorit di kota Jember. Keputusan ini sempat mengundang pertanyaan, baik dari dewan guru SMP yang menganggap Ahmad masih dapat bersaing di kedua sekolah favorit tersebut, serta orang tuanya yang menanyakan mengapa Ahmad tidak mencoba mendaftar di kedua sekolah favorit tersebut. Ahmad dengan mantap bertutur :

 Bapak, ibu, jadi begini mengapa saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke SMAN 4 Jember. benar memang, sekolah itu bukan sekolah favorit. letak sekolah yang jauh dari tengah kota itu menjadi salah satu alasan karena pergaulannya lebih terjaga, selain itu saya ingin suasana baru.. hampir seluruh teman-teman SD dan SMP ada di kedua sekolah favorit tersebut. kenangan mereka akan kasus semasa SD dan SMP tak mungkin mudah terlupakan bagi mereka.
Mendengar pernyataan dari Ahmad, ayah dan ibunya balik memberikan sebuah tantangan :
 Okelah nak, ini pilihan hidupmu. kalau kamu sudah yakin silahkan, namun kami ingin kamu sanggup memberikan sesuatu dan tunjukan pada kami bahwa pilihanmu memilih sekolah disana adalah sebuah pilihan yang tepat.
Pernyataan orang tuanya membuat Ahmad semakin bersemangat untuk menunjukan kapasitasnya dan menunjukan sisa-sisa kejayaan yang sempat muncul di SD kala ia selalu meraih rangking dulu.
            Kemampuan Ahmad semakin terasah di sekolah yang ia pilih untuk melanjutkan pendidikan itu. Hampir seluruh kompetisi perlombaan dalam berbagai bidang Ahmad selalu ada di papan atas tingkat karisidenan besuki. Juara di cabor Bridge, dua kali lolos ke tingkat jawa bali dalam olimpiade biologi, dan selalu masuk 5 besar dalam seleksi OSN tingkat kabupaten menjadi sebuah pertimbangan tersendiri. Mengingat sekolah Ahmad bukan sekolah unggulan atau sekolah favorit, catatan prestasi yang ditinggalkan Ahmad masih sering menjadi pembicaraan bagi para juniornya. Kondisi inilah yang membuat Ahmad memiliki sebuah “tiket” lebih untuk melanjutkan pendidikan nantinya, karena sertifikat tersebut memiliki nilai tawar yang cukup tinggi daripada sekedar nilai rapot.
            Kendala mental sudah tak menjadi masalah utama di masa SMA ini, tapi kondisi fisik Ahmad menurun drastis akibat cedera parah yang ia dapat di tahun pertamanya SMA itu. Cedera yang masih membekas hingga sekarang, karena cedera di daerah pinggul, tulang duduk, dan tulang ekor yang cukup mengerikan. Alhamdulillah, Tuhan masih mengijinkan Ahmad untuk melanjutkan kehidupannya. Sempat dalam suatu kejadian ketika Ahmad tidur tiba-tiba ditarik kursi tempat dia merebahkan badan, tubuhnya pun jatuh cukup keras sehingga Ahmad kejang-kejang dan harus dirawat dengan bantuan oksigen selama berjam-jam. Sebuah kejadian yang dilakukan oleh temannya sendiri yang sekarang telah menjadi polisi, mungkin niatnya hanya sekedar bercanda tapi kondisi ini menjadi sesuatu yang sulit dilupakan Ahmad karena efeknya masih terasa hingga sekarang. Sejak dua kejadian ini Ahmad sering pingsan di Sekolah, dan seakan menjadi penghuni tetap klinik sekolah. Kondisi ini pula yang membuat Ahmad tidak lagi kompetitif di olahraga fisik, dan akhirnya mengalihkan fokusnya ke cabor bridge dan akademis.
            Rasa tidak percaya sempat ia rasakan ketika Ahmad hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat Universitas. Hal yang lumrah ketika guru Bimbingan dan Konseling sekolah berusaha meredam niat Ahmad yang ingin mendaftar ke salah satu Institusi favorit di Indonesia, mengingat asal sekolah yang jauh dari favorit. Tapi Tuhan berkehendak lain, dengan segala daya dan upaya serta sertifikat lomba yang ia miliki akhirnya Ahmad diterima di salah satu kampus favorit di negeri ini. Ahmad ingin menunjukan kepada seluruh jajaran staf guru yang meragukannya kala itu, bahwa dengan niat dan usaha maka semua itu masih mungkin diraih. Keberhasilan Ahmad menembus institusi favorit di Indonesia melalui jalur prestasi membuat dirinya menjadi sumber inspirasi bagi adik kelasnya. Tercatatat setelah kelulusan Ahmad, prestasi SMAN 4 Jember semakin meroket dan menjadi salah satu sekolah yang diperhitungkan ketika ada ajang kompetisi akademis di karisidenan besuki.
            Memasuki bangku kuliah Ahmad semakin menunjukan tajinya sebagai salah satu civitas terbaik yang dimiliki institusinya sekarang. Insitutsi yang menerimanya sebagai mahasiswa fakultas perikanan dan kelautan. Walaupun awalnya selalu diragukan sebagai anak desa dari sekolah pinggiran, ditambah penampilannya yang jauh dari meyakinkan sehingga memperoleh cercaan dari sesama civitas maupun staf pengajar institusinya. Ahmad perlahan tapi pasti menunjukan kapasitasnya sebagai seorang organisatoris, tercatatat sejumlah jabatan mulai legislasi tingkat Fakultas, Wakil Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Universitas, Koordinator perkumpulan Ormada Jember di Surabaya, hingga inisiator Paguyuban Jember tingkat nasional pernah dipercayakan kepadanya. Walau sedikit terlambat memulai dibandingkan seluruh rekannya Ahmad juga menjadi salah satu civitas terbaik dalam penulisan ilmiah mahasiswa tingkat nasional.
            Pengalaman petama Ahmad lolos Lomba Karya Tulis Ilmiah didapat pada semester empat masa kuliahnya. Ketika itu Ahmad berhasil meloloskan dua karya sekaligus dalam ajang LKTM Unhas Makassar 2014. Dalam ajang pertama yang ia ikuti Ahmad dan timnya berada di papan bawah skor penilaian, dan ini nampaknya menjadi sebuah pembelajaran yang berharga bagi Ahmad kedepannya. Pada Event selanjutkan yang ia ikuti (setelah hampir setahun vakum) KATULISTIWA 7 FEB Universitas Brawijaya Malang 2015 bersama timnya Ahmad meraih Juara 1, dan ini menjadi katalis Ahmad untuk terus menunjukan kapasitasnya dan berprestasi lebih jauh. Masih di tahun yang sama Ahmad berhasil meraih tambahan gelar Juara 2 Essay World Food Day, Juara 1 2nd IDENTIC FK Universitas Lambung Mangkurat 2015, dan Juara 3 PERANTARA Universitas Borneo tarakan 2015 menjadi hadiah yang ia berikan kepada Institusinya. Masih ditambah sejumlah finalis perlombaan di Surabaya dan Malang membuat namanya semakin diperhitungkan.
            Tahun 2016 Ahmad masih belum kehilangan motivasinya untuk terus berprestasi dan berkelana keliling Indonesia dengan bekal karya-karya yang ia tulis. Pulau maluku berhasil ia jejak melalui ajang Archipelago Essay Competition 2016, di pulau Bali ia menorehkan catatan emas dimana ia menjuarai Shariah Economic Learning Forum XIII 2016, Pulau sumatra ia jejak melalui PSP Event dan Agrapana Fair di Universitas Riau dimana ia menjadi harapan tiga, dan pulau Sulawesi di kota yang sama dimana semuanya dimulai Kota Makassar ia memborong dua gelar juara satu pada acara PIKIR 2016 Unismuh dan LKTM Unhas 2016. Dimensi wawasan penulisannya pun semakin luas, tercatat ia sanggup menulis dengan beragam tema mulai dari kesehatan, ekonomi syariah, K3, pertanian, bidang umum, hingga bidang yang palin ia kuasai di Kelautan dan Kemaritiman.
            Ahmad berhasil menunjukan satu hal yang bahwa kita tak perlu kalah terlebih dahulu sebelum berperang. Ahmad juga menunjukan kemampuannya beradaptasi dan mempelajari berbagai macam bidang tema, dengan partner yang hampir selalu berganti ditiap perlombaan. Bagaimana ia dan tim menjuarai IDENTIC (Indonesia Medical Scientific Competition) mengalahkan tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas brawijaya yang merupakan salah satu kampus favorit dengan fakultas kedokteran di Indonesia. Dengan juri dan penguji yang berlatar belakang profesional dan akademisi dibidang Kesehatan. Lalu ia dengan tim menaklukan Shariah Economic Learning Forum XIII tanpa satupun anak ekonomi syariah. Ajang umum seperti KATULISTIWA 7 dan PERANTARA  pun Ahmad mampu beradaptasi dan menjuarainya. Belum lagi catatan finalis di bidang K3, Pertanian, Energi, dan bidang-bidang lainnya yang jauh dari bidang yang ia pelajari semasa kuliah.
            Belum cukup dengan catatan Nasional, sejumlah gebrakan yang ia lakukan untuk meningkatkan daya saing fakultasnya pun hingga tingkat Internasional. Tercatat pada semester dua ia menjadi delegasi Internasional dengan angkatan paling muda sepanjang sejarah Fakultas, karena biasanya delegasi Internasional adalah mahasiswa diatas tahun ketiga. Lalu bagaimana ia dan timnya menginisiasi Progam Praktek Kerja Lapang di luar negeri, ia dan tim menjadi pertama yang melakukannya di Vietnam. Hampir tiap tahun sejak kelolosan pertamanya Ahmad selalu menjadi delegasi Internasional. Sebuah catatan yang membuat namanya menjadi bahan perbincangan di tingkat civitas akademika Insitusi, dan menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi fakultasnya.
            Dibalik sejumlah catatan itu, Ahmad tetaplah seorang anak yang patuh terhadap Ibunya. Dia tetaplah anak yang selalu merindukan rumah dan berusaha berbakti sebaik mungkin bagi orang tuanya. Terlepas dari sejumlah pembuktian yang ia lakukan, Ahmad sadar.. bukan itu semua yang akan dipertanggung jawabkan tapi bagaimana ia berguna bagi lingkungannnya dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
            Ahmad kini masih berjuang untuk menyelesaikan Tugas Akhirnya untuk segera menyelesaikan masa baktinya kepada institusi tempatnya bernaung. Catatan emas yang telah ia torehkan akan masih terus menjadi pembicaraan dan inspirasi bagi adik tingkatnya serta civitas lainnya. Ahmad membuktikan kepada seluruh rekan dan pengajarnya, bahwa setiap orang itu mungkin punya caranya sendiri untuk bersinar. Dan bagaimana ibu Endang merawat Ahmad, dari orang yang mendapatkan rekomendasi untuk diterapi di Rumah Sakit Jiwa hingga menjadi salah satu mahasiswa terbaik yang mampu bersaing ditingkat Nasional maupun Internasional. Selama kita masih Hidup, segala hal itu masih mungkin terjadi karena Kuasa Tuhan itu nyata. Karena hasil yang didapat diawali dengan sebuah proses panjang yang melelahkan dan menggoda kesabaran. Tidak semua orang terlahir sempuran atau sanggup seperti yang di Inginkan, tapi setiap orang adalah sosok Istimewa yang punya cara tersendiri untuk menunjukan bahwa ia Istimewa.
Tetaplah sabar dan istiqomah, seperti bagaimana Ibu Endang percaya dan penuh kasih sayang merawat Ahmad. Tetap berusaha seperti yang dilakukan Ahmad untuk membungkam mereka yang menyibirnya. Tuhan tak pernah tidur, dan Tuhan akan memberikan sesuatu sesuai kelayakan yang dilakukan hambanya. Percayalah dalam kehidupan ini semua akan berbalik, dan tidak ada sia-sia dari sebuah usaha menuju kebaikan.

 
Biodata Narasi :
Nama saya Ahmad Farid Ary Wardhana, seorang Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya yang tengah berupaya untuk dapat wisuda tahun ini. Puisi ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dan kondisi nyata. Seorang yang diremehkan yang kini mulai membalik stigma negatif yang melekat pada dirinya. Kisah cerita diatas merupakan kisah hidup saya sendiri dan bagaimana kasih sayang dan kesabaran seorang ibu yang dapat membuat apa yang tak mungkin menjadi sesuatu hal yang mungkin terjadi.

Download versi pdf disini